Biodiesel adalah bahan bakar alternatif yang berasal dari sumber daya terbarukan seperti minyak nabati atau lemak hewan. Di Indonesia, biodiesel telah menjadi bagian penting dari kebijakan energi nasional, terutama dengan adanya program B30 dan B40 yang mencampurkan biodiesel dengan solar berbasis fosil. Namun, seperti halnya bahan bakar lainnya, biodiesel juga memiliki tantangan teknis dalam penggunaannya, seperti kestabilan oksidasi, titik beku tinggi, dan efek terhadap mesin. Inilah sebabnya mengapa diperlukan biodiesel additive atau aditif biodiesel.
Apa Itu Biodiesel Additive?
Biodiesel additive adalah zat kimia atau bahan tambahan yang ditambahkan ke dalam biodiesel untuk meningkatkan kinerjanya, memperpanjang umur simpan, dan mengurangi potensi masalah pada mesin. Aditif ini bisa berupa senyawa sintetis maupun alami, dan fungsinya sangat beragam tergantung pada jenisnya. Penggunaan aditif bukan hanya bertujuan untuk efisiensi, tetapi juga untuk menjaga keandalan dan keberlanjutan biodiesel sebagai bahan bakar alternatif.
Jenis-Jenis Biodiesel Additive
Ada beberapa kategori utama dari aditif biodiesel berdasarkan fungsinya, di antaranya:
1. Antioksidan
Antioksidan digunakan untuk meningkatkan stabilitas oksidatif biodiesel. Biodiesel rentan terhadap degradasi karena kontak dengan udara (oksigen), yang dapat menghasilkan endapan dan memperburuk performa mesin. Aditif ini mencegah oksidasi dan memperpanjang umur simpan biodiesel, terutama dalam penyimpanan jangka panjang.
2. Cold Flow Improver (CFI)
Salah satu kelemahan utama biodiesel adalah titik beku yang tinggi. CFI digunakan untuk menurunkan titik beku dan menjaga fluiditas bahan bakar di suhu rendah, sehingga mesin dapat tetap menyala dengan baik pada kondisi dingin atau di daerah bersuhu rendah.
3. Cetane Improver
Cetane number adalah ukuran seberapa cepat dan efisien bahan bakar menyala dalam mesin diesel. Aditif cetane improver meningkatkan angka cetane biodiesel, membuat pembakaran lebih bersih, meningkatkan efisiensi, serta mengurangi emisi dan getaran mesin.
4. Detergen dan Dispersan
Aditif ini berfungsi untuk menjaga kebersihan sistem injeksi bahan bakar dan mencegah pembentukan deposit. Dengan mencegah penumpukan kotoran, efisiensi pembakaran dapat terjaga dan usia mesin menjadi lebih panjang.
5. Antimikroba
Biodiesel, karena kandungan air dan sifat alaminya, lebih mudah terkontaminasi mikroorganisme. Aditif antimikroba berfungsi mencegah pertumbuhan jamur, bakteri, dan mikroba lain yang bisa menyumbat filter dan merusak sistem bahan bakar.
Mengapa Biodiesel Memerlukan Aditif?
Walaupun biodiesel dianggap ramah lingkungan, penggunaannya tidak lepas dari tantangan teknis. Beberapa alasan mengapa aditif sangat penting antara lain:
- Meningkatkan stabilitas simpan dalam kondisi iklim tropis seperti di Indonesia.
- Meningkatkan kompatibilitas dengan mesin diesel konvensional.
- Menurunkan titik beku agar biodiesel tidak menggumpal.
- Meningkatkan efisiensi pembakaran dan performa kendaraan.
Contoh Aplikasi Biodiesel Additive
Beberapa perusahaan di Indonesia telah mengembangkan produk aditif berbasis bahan alami. Misalnya, PT Aromatik Teknologi Indonesia dengan produk Grinzest, sebuah bioaditif berbahan minyak atsiri yang digunakan untuk meningkatkan kualitas biodiesel. Grinzest telah digunakan pada campuran B30 dan B40 dan terbukti mampu meningkatkan efisiensi pembakaran serta menurunkan emisi.
Contoh lain, di negara-negara Eropa dan Amerika Serikat, aditif komersial berbasis ester atau alkohol banyak digunakan untuk memperbaiki sifat aliran dingin dan meningkatkan angka cetane biodiesel. Penggunaan aditif ini menjadi bagian dari prosedur standar untuk biodiesel berkualitas tinggi.
Manfaat Menggunakan Biodiesel Additive
Berikut beberapa manfaat nyata dari penggunaan aditif pada biodiesel:
- Mencegah kerusakan mesin akibat korosi atau endapan.
- Memperpanjang usia filter bahan bakar dan injektor.
- Mengurangi konsumsi bahan bakar berlebih akibat pembakaran tidak sempurna.
- Meningkatkan efisiensi bahan bakar dan memperkecil jejak karbon.
- Memastikan kendaraan dapat digunakan di berbagai kondisi cuaca.
Cara Penggunaan Biodiesel Additive
Aditif biasanya ditambahkan dalam jumlah kecil, sekitar 0.1%–1% dari total volume biodiesel. Proses penambahan bisa dilakukan saat produksi (inline blending) atau setelah produksi (post-treatment). Penting untuk mengikuti petunjuk dari produsen aditif dan memastikan pencampuran merata agar hasilnya optimal.
Apakah Aditif Aman untuk Mesin?
Ya, selama digunakan sesuai takaran dan rekomendasi, biodiesel additive aman untuk mesin. Bahkan, banyak pabrikan otomotif menyarankan penggunaan aditif tertentu untuk meningkatkan umur mesin dan efisiensi bahan bakar, terutama pada kendaraan berbahan bakar campuran seperti B30.
Tren dan Masa Depan Biodiesel Additive
Seiring meningkatnya kebutuhan akan bahan bakar ramah lingkungan, penggunaan aditif biodiesel akan terus berkembang. Tren global menunjukkan pergeseran ke arah aditif berbasis bio (biodegradable dan alami), seperti yang dikembangkan oleh startup teknologi energi terbarukan. Pemerintah Indonesia juga mendukung pengembangan ini demi keberlanjutan dan kemandirian energi nasional.
Kesimpulan
Biodiesel additive adalah elemen penting dalam pengembangan energi alternatif berbasis nabati. Dengan menambahkan aditif yang tepat, kita bisa mengoptimalkan penggunaan biodiesel, meningkatkan efisiensi mesin, dan mendukung transisi energi bersih. Untuk pemula maupun profesional di industri energi, memahami dan menggunakan aditif dengan bijak akan memberikan manfaat jangka panjang, baik dari sisi teknis maupun lingkungan.
Sumber: Grinzest